Rabu, 23 Maret 2011

Pasar Uang

1 komentar
Pengertian Pasar Uang (Money Market) adalah pasar dengan instrumen financial jangka pendek, umumnya yang diperjualbelikan berkualitas tinggi. Jangka waktu instrumen pasar uang biasanya jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang. Pasar uang sering juga disebut pasar kredit jangka pendek.

Kebutuhan Adanya Pasar Uang

Alasan kenapa pasar uang dibutuhkan dalam sistem perekonomian adalah banyaknya perusahaan serta individu yang mengalami arus kas yang tidak sesuai antara inflows dan outflows. Misalnya, perusahaan melakukan penagihan dari klien pada periode tertentu dan pada waktu yang lain ia harus mengeluarkan uang untuk menutupi biaya operasionalnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut (perusahaan pada saat kasnya mengalami defisit), maka perusahaan tersebut sementara dapat memasuki pasar uang sebagai peminjam dengan mencari lembaga keuangan atau pihak lain yang memiliki surplus (kelebihan) dana. Selanjutnya, pada saat perusahaan tersebut mengalami surplus dana, maka perusahaan tersebut menjadi kreditor dalam pasar uang untuk memperoleh pendapatan daripada membiarkan danaya tak terpakai atau idle.

Perbedaan dengan Pasar Modal

Perbedaan antara pasar modal dengan pasar uang adalah jangka waktunya. Dalam pasar uang, diperdagangkan suratberharga berjangka waktu pendek, sedangkan dalam pasar modal, diperdagangkan surat berharga berjangka waktu panjang

Mekanisme Pasar Uang

Pasar Uang berbeda dengan Pasar Modal yang tradingnya dilakukan melalui Bursa atau Stock Exchange, Pasar Uang sifatnya abstrak, tidak ada tempat khusus seperti halnya dengan Pasar Modal, transaksi pada Pasar Uang dilakukan secara OTC (Over The Counter Market), dilakukan oleh setiap peserta (partisipan) melalui Desk atau Dealing Room masing-masing peserta.

FUNGSI PASAR UANG

1. Sebagai perantara dalam perdagangan surat-surat berharga berjangka pendek
2. Sebagai penghimpun danas berupa surat-surat berharga jangka pendek
3. Sebagai sumber pembiayaan bagi perusahan untul melakukan investasi
4. Sebagai perantara bagi investor luar negeri dalam menyalurkan kredit jangka pendek kepada perusahaan di indonesia

Kebutuhan akan adanya pasar uang dilatar belakangi adanya kebutuhan untuk mendapatkan sejumlah dana dalam jangka pendek atau sifatnya harus segera dipenuhi. Dengan demikian pasar uang merupakan sarana alternatif khususnya bagi lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya, baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya.

Pasar uang juga merupakan sarana pengendali moneter (secara tidak langsung) oleh otoritas moneter dalam melaksanakan operasi terbuka, karena di Indonesia pelaksanaan operasi pasar terbuka oleh Bank Sentral yaitu BankIndonesia dilakukan melalui pasar uang dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai instrumennya.

PESERTA PASAR UANG

1. Lembaga keuangan
2. Perusahaan besar
3. Lembaga pemerintah, dan
4. Individu-individu

TUJUAN PASAR UANG

Dari pihak yang membutuhkan dana :1. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek
2. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
3. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
4. Sedang mengalami kalah keliring

Dari pihak yang menanamkan dana :

1. Untuk memperoleh penghasilan dengan tingkat suku bunga tertentu
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan
3. Spekulasi

JENIS-JENIS RISIKO INVESTASI DALAM PASAR UANG

1. Risiko pasar (interest-rate risk)
2. Risiko reinvestment
3. Risiko gagal bayar
4. Risiko inflasi
5. Risiko valuta (currency or exchange rate risk)
6. Risiko politik
7. Marketability atau Liquidity risk

Jenis-jenis Resiko Investasi di Pasar Keuangan

1. Resiko Pasar (interest rate risk), yaitu resiko yang berkaitan dengan turunnya harga surat berharga (dan tingkat bunga naik) mengakibatkan investor mengalami capital loss.

2. Resiko Reinvestment, yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset finansial yang harus di re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.

3. Resiko Gagal Bayar (default risk atau credit risk), yaitu resiko yang terjadi akibat peminjam (debitur) tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.

4. Resiko Inflasi (resiko daya beli atau purchasing power risk). Untuk menghadapi hal tersebut kreditur biasanya berusaha mengimbangi proyeksi inflasi dengan mengenakan tingkat bunga yang lebih tinggi.

5. Resiko Valuta (currency risk atau exchange rate risk).

6. Resiko Politik, ini berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan.

7. Marketability atau Liquidity Risk, ini dapat terjadi apabila instrument pasar uang yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo. Sulitnya menjual kembali surat berharga tersebut memberi resiko untuk tidak dapat mencairkan kembali instrument pasar uang dalam bentuk uang tunai pada saat membutuhkan likuiditas sebelum jatuh tempo.


INSTRUMEN PASAR UANG

1. Interbank call money
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
3. Sertifikat Deposito
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
5. Banker’s Acceptance
6. Commercial Paper
7. Treasury Bills
8. Repuchase Agreement

1. Call Money (Interbank Call Money Market)
Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam hitungan hari) antar bank.
Call Money merupakan instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan dana jangka pendek yang bersifat sementara.

2. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)
SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Tujuan bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di dalam masyarakat.

Karakteristik SBI:

o Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
o Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.
o Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.
o Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu sendiri dan bukti kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.
o Dapat dipindahtangankan (negotiable).

SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR).

SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.

SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara lelang kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan:
- Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui target volume yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.
- Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka tingkat bunga menjadi wajar.

Pola pembelian SBI:
o Pembelian melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)
o Pembelian melalui Pasar Sekunder
o Pembelian melalui Broker

Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun masyarakat atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House (perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral Indonesia menunjukkan beberapa market dan broker yang terdiri dari Bank-bank Umum sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI. Market maker disini bertindak sebagai penggerak pasar sekunder.

Dalam hal ini market maker bertindak sebagai dealer yang berkewajiban sbb:

Membuat dan mengumumkan quotation.

Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder. Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI di pasar sekunder. Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright maupun repo.

(Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh tempo; sedangkan transaksi repo adalah transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan).

3. Sertifikat Deposito
Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakannya dengan deposito berjangka terletak pada sifat yang dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh temponya melalui lembaga - lembaga keuangan lainnya.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Surat - surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI.

Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. Surat wesel, dapat berupa:
Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank. Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house (perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia.

Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum dan menekan laju inflasi.

5. Banker's Acceptence
Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.

Bank Accetance adalah surat berharga yang timbul karena suatu pihak memiliki tagihan kepada pihak lain. Oleh karena pihak yang memiliki uang tersebut memerlukan dana dalam waktu singkat maka tagihan tersebut dapat dijual dengan mendapatkan jaminan pembayaran dari bank. Biasanya terdapat pada transaksi ekspor/impor yang dilakukan dengan sarana letter of credit (L/C).

Pihak penjual (eksportir) di luar negeri atau atas bank pembeli di luar negeri atau atas bank pembeli di luar negeri (opening bank) menurut syarat L/C; pada draft tercantum jumlah uang dan tanggal pembayaran. Bank penarik draft sebagai bank penerima fasilitas sedangkan bank yang mengaksep draft (accepting bank) sebagai bank pemberi fasilitas bank pemberi fasilitas Bank Acceptance.

Jangka waktu Bank acceptance berkirsar antara 1 sampai 6 bulan. Bunga sekuritas didapatkan dengan sistem diskonto dimana bunganya dibayarkan dimuka berupa diskon terhadap nilai nominalnya .

Banker’s Acceptance (BA)

BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut dan memprosesnya.

Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default).

Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi. Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan.

Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung paa pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing.

Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan resiko perdagangan internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil resiko tersebut karena ia memiliki keahlian dalam menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko tersebut dalam berbagai pinjaman. Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir, importir dan bank penerbit, mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan internasional ini sebagai berikut:

- Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.
- Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line yang disepakati dengan bank.
- Bank penerbit yang memegang Banker’s Acceptance (didiskonto dari eksportir) merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas.

6. Commercial Paper

Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.

Commercial Paper (CP) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta/BUMN. CP adalah surat janji untuk membayar kembali jumlah hutang yang diterima pada suatu tanggal tertentu. Bunga CP juga didapatkan dengan menggunakan diskonto Berbeda dengan Bank Acceptance atauipun Sertifikat Deposito, pelunasan CP tidak dijamin oleh bank maupun suatu hak kebendaan (Unsecured Promisory Notes).

Commercial Paper pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi.

Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari.

Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit.

Dalam pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan backup fasilitas credit line dari bank yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan. Dalam perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset perusahaan lainnya, misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP diterbitkan dengan bank garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus ini terjadi bila investor tertentu meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam jumlah besar.

Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara.

Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain sbb:

Bagi Penerbit:
a. Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga kredit yang dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan menjadi lebih murah.
b. Tidak perlu menyediakan jaminan.
c. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan penerbit dan investor.
d. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan investor.

Bagi Investor:
a. CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya Sertifikat Deposito, Treasury Bills.
b. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.
c. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan dengan rating yang tinggi.

Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain:
Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan jaminan. Kemungkinan penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya.
Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

7. Treasury Bills (T-Bills)

T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan.
Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.

Instrumen yg sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan hasil.
T-Bills (istilah umum digunakan di dunia internasional) kalau di Indonesia adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

8. Repurchase Agreement

Transaksijual odi surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu
Repurchase Agreement dan Reverse Repo.

Repo adalah suatu perjanjian antara penjual & pembeli atas efek-efek dimana penjual berjanji untuk membeli kembali efek-efek yang dimaksud pada harga yang disepakati bersama dan pada jangka waktu yang telah ditentukan.

Reverse repo adalah merupakan kebalikan daripada Repurchase Agreement yaitu membeli kembali efek-efek dan investor berjanji untuk membeli efek-efek dan investor berjanji untuk membeli efek-efek yang dimaksud pada harga yang telah disepakati pada jangka waktu yang telah ditentukan.
Sasaran dari transaksi repo adalah instansi yang memiliki excess dana antara lain: Bank Pemerintah & Bank Swasta, Lembaga keuangan Bukan Bank (Asuransi dan Dana Pensiun) serta perusahaan lain yang memiliki dana berlebih.

Repurchase Agreement (Repo)

Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP dan T-bills

Investasi

0 komentar
Secara awam kita tahulah pengertian investasi adalah apa!!! Mungkin sebagian besar menganggap adalah dana kita sekarang yang kita tanamkan lalu pada rentang waktu tertentu (biasanya) lama dapat menghasilkan keuntungan. Itu dari kacamata awam seorang Bintang taufik…

Sekarang Bintang mencoba memberikan pengertian investasi dari berbagai referensi. Atau pengertian investasi dari para ahli.

Jika kita lihat dan tilik dari wikipedia maka :

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Disisi lain :

Menurut Sunariyah Pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

Ada beberapa jenis pengertian investasi yang lainnya seperti yang mungkin anda tertarik sebelum terjun ke dunia investasi

Pengertian investasi syariah

Untuk gampangnyaTentu saja ini adalah investasi yang berdasarkan nilai islam. Itu berdasarkan perspektif bintang nah jika ahli adalah semacam ini….

Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam Islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.

Investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk setelah terjadinya mekanisme pasar.

untuk lebih lengkap baca di investasi dalamperspektif syariah

Pengertian Investasi Pemerintah

Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung,yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu.

Selengkapnya bisa di download peraturan pemerintah berikut ini.

Dan hati-hati dalam dunia investasi, lebih baik jika ingin berinvestasi tanyakan kepada ahlinya. Dan hati-hati juga ada tawaran investasi di internet yang kebanyakan menurut bintang adalam SCAM, ngomongnya investasi tapi ternyata money game. Tapi tenang kok ada investasi di internet yang bagus juga kok.

Manajemen Keuangan

0 komentar

A. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan :
1. Perencanaan Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2. Penganggaran Keuangan
Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3. Pengelolaan Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4. Pencarian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5. Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
6. Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
7. Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

B. Tugas Pokok Manejemen Keuagan

Tugas-tugas dasar yang diemban oleh seorang menejer keuangan secara umum adalah :
1. Mendapatkan Dana Perusahaan
2. Menggunakan Dana Perusahaan
3. Membagi Keuntugan / Laba Perusahaan

C. Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan dengan adanya manajer keuangan untuk mengeloka dana perusahaan pada suatu perusahaan secara umum adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin.

Pasar Modal

0 komentar
A. PENGERTIAN PASAR MODAL
Pasar uang dan Pasar modal keduanya merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang merupakan sarana pengerahan dana atau tempat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa secara ekonomi, tujuan pasar keuangan adalah untuk mengalokasikan tabungan (saving) secara efisien dari pemilik dana kepada pengguna dana akhir. Pemilik dana adalah mereka, baik individu mupun lembaga atau badan usaha, yang menyisihkan kelebihan dana yang dimiliknya untuk diinvestasikan agar lebih produktif.
Irsan Nasarudin dan Indra Surya (2004:19) mengemukakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan pasar uang, yaitu :
1. Melalui Pasar Uang, dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan bank dan non bank dapat digunakan untuk pembiayaan sector riil.
2. Perusahaan dapat meningkatkan / memperbanyak cara untuk memperoleh pembelanjaan jangka pendek melalui penerbitan Notes, Commercial Paper, dan instrument jangka pendek lain yang sejenis.
3. Pemerintah akan memperoleh informasi dan kesempatan yang lebih baik untuk memantau kebutuhan kredit dalam perekonomian nasional.
4. Lembaga – lembaga keuangan perlu mengembangkan pasar uang dan pasar modal agar lembaga keuangan tersebut dapat berkembang.

Selanjutnya terminology mengenai pasar modal sebagai terjemahan dari Capital Market, menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan (Abdurrahman, A, 1911:169) berarti suatu tempat atau system bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan – kebutuhan dan untuk kebutuhan capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan.
Sedangkan Marzuki Usman dkk (1997:11) menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal (capital market) didenifisikan sebagai perdagangan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorites) maupun oleh perusahaan swasta (privete sectors). Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market).
Modal atau dana yang diperdagangkan di pasar modal diwujudkan dalam bentuk surat berharga atau dalam terminology pasar keuangan disebut efek yang berup saham, obligasi, atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat berharga lainnya atau surat berharga yang merupakan derivative dari bentuk surat berharga saham atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal.
Perbedaan antara pasar uang dan pasar modal bisa menjadi samara jika dikaitkan dengan pembiayaan jangka panjang. Pada pasar yang modern dan canggih dimungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan jangka panjang dipasar uang melalui emisi commercial paper yang dilakukan secara terus menerus.

Rabu, 09 Maret 2011

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM

0 komentar

Sebelum mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham, mari kita lihat pengertian dari saham dan harga saham itu sendiri. Saham merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang isinya menerangkan tentang siapa pemilik saham. Sedangkan harga saham adalah harga pasarnya. Maksud dari pengertian tersebut adalah harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya.

Setelah mengetahui arti dari saham dan harga saham, mari kita bahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham. Berikut merupakan faktor faktor yang mempengaruhi harga saham :

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkt Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

sumber : http://www.idonbiu.com/2009/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-harga.html

Rabu, 02 Maret 2011

Statistik Dasar

0 komentar
Definisi


Statistik Dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik pemerintah maupun masyarakat, yang memiliki ciri-ciri lintas sektoral, berskala nasional maupun regional, makro, dan yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab BPS.

Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik populasi pada saat tertentu.

Survei adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu.

Kompilasi Produk Administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan atau masyarakat Cakupan

Statistik dasar mencakup statistik bidang ekonomi, bidang kesejahteraan rakyat, dan bidang-bidang lainnya yang jenis dan ragamnya telah dan akan dikembangkan oleh BPS.

Statistik bidang ekonomi mencakup statistik pertanian, statistik industri, statistik perdagangan dan jasa, statistik keuangan dan harga, serta statistik lintas sektor.

Statistik bidang lainnya akan ditetapkan sesuai dengan perkembangan pembangunan dan perikehidupan masyarakat.

Penyelenggaraan Statistik

Statistik dasar diperoleh melalui pengumpulan data dengan cara sensus, survei, kompilasi produk administrasi, dan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Statistik dasar dapat dilakukan secara berkala, terus menerus, dan atau sewaktu-waktu yang periode pelaksanaannya ditetapkan oleh Kepala BPS dengan memperhatikan kebutuhan data baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Dalam penyelengaraan statistik dasar sejauh mungkin Kepala BPS juga tetap diberitahukan.

Pengelolaan statistik dasar dapat dilakukan secara sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi atau kombinasi dengan memperhatikan tingkat kecepatan dan kualitas data yang dihasilkan.

Pemanfaatan dan Penyebarluasan

Hasil statistik dasar diumumkan dalam berita resmi statistik (BRS) atau media lainnya yang tersedia dengan maksud agar data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna data baik instansi pemerintah maupun masyarakat luas.

Hasil statistik dasar terbuka pemanfaatannya untuk umum, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BPS menyebarluaskan hasil kegiatan statistik dasar melalui berbagai bentuk media seperti media cetak, media elektronik, dan atau media lainnya yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kotamadya menyajikan statistik dasar secara regional untuk memenuhi kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Koordinasi dan Masukan

Dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna yang maksimal, maka dalam penyelenggaraan statistik dasar kepala BPS selalu mengadakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan standarisasi demi terwujudnya Sistem Statistik Nasional.

Selasa, 01 Maret 2011

XEROX SCANDAL

0 komentar

Xerox Corporation, perusahaan berskala besar yang pernah menjadi raja fotokopi dunia telah membuat kesalahan fatal dengan fraud revenue yang mencapai US$ 2 miliar, dan hampir bersamaan dengan waktu terjadinya skandal akuntansi keuangan terbesar di dunia yang melibatkan perusahaan – perusahaan besar di Amerika seperti Enron dan WorldCom. Xerox Corporation melakukan berbagai kesalahan pencatatan accounting dalam keuangan mereka, dan untuk pertama kalinya ketika masalah ini muncul ke permukaan, Xerox Corp telah didenda karena telah secara disengaja melakukan pencatatan keuangan bisnis perusahaan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan secara tidak benar, tidak sesuai dengan standar Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), dan kemudian setelah kejadian tersebut, ditemukan juga selisih keuntungan “siluman” yang mencapai US$ 2 miliar selama beroperasi tahun 1997 hingga 2001 oleh Securities And Exchange Commision. Fraud Xerox Corp sebuah skandal yang multidimensional, karena fraud accounting besar – besaran dan tidak dapat langsung terungkap seluruhnya, melainkan secara bertahap satu demi satu.

Tidak lama setelah ditemukannya pelanggaran pertama terhadap GAAP, terungkap pelanggaran lain terhadap GAAP yang menaikkan pengakuan pendapatan perusahaan secara berlipat melebihi US$ 3 miliar daripada nilai yang sebenarnya, dan pada akhirnya menaikkan pendapatan sebelum kena pajak senilai lebih dari US$ 1,5 miliar. Hal ini dikarenakan perusahaan Xerox Corp bertujuan memenuhi standar pasar saham Wall Street sehingga menyamarkan kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya dari para investor. Xerox Corp berjanji untuk melakukan penyusunan ulang laporan keuangan perusahaan, merestrukturisasi bagian kontrol keuangan perusahaan, serta mengurus permasalahan dan administrasi hukum yang berhubungan dengan hal ini, dan juga membayar denda penalti sebesar US$ 10 juta. Walaupun begitu, Xerox Corp tidak pernah mengakui ataupun menyangkal bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan fraud dalam menyusun laporan keuangan perusahaan dan informasi keuangan perusahaan untuk para investor ataupun pihak lainnya.

Setelah beberapa lama, Xerox Corp akhirnya mengakui telah mencatat profit dan penjualan melebihi nilai sebenarnya, sehingga semakin memperburuk keadaan terhadap perusahaan – perusahaan di Amerika dan prosedur audit yang bersangkutan, karena setelah terjadinya skandal bangkrutnya Enron, yang merupakan skandal terbesar dalam fraud auditing yang terjadi sepanjang sejarah, tidak lama kemudian terungkap banyak perusahaan – perusahaan besar lainnya yang melakukan pelanggaran terhadap standar prosedur keuangan dan GAAP secara berturut – turut. Xerox Corp kemudian merevisi profitnya selama periode tahun 1997 hingga 2001. Dalam laporan sebanyak hampir 1000 halaman kepada Security And Exchange Commision, Xerox. Corp mencatat kelebihan penjualan peralatan senilai US$ 6,4 miliar.

Namun, setelah terungkapnya skandal tersebut, laporan dari Wall Street atas kebocoran pencatatan keuangan Xerox Corp menyebutkan bahwa saham perusahaan di pasaran tidak anjlok secara drastis. Pada hari yang sama, setelah sempat terguncang mencapai 25% harga saham, saham Xerox Corp ditutup pada $ 6,97 dari pembukaan sebesar $ 8.00, atau turun $ 1,03. Xerox Corp kemudian membentuk tim manajemen baru untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, termasuk penyusunan ulang keuangan perusahaan serta laporannya.

Pemeriksaan Terhadap Error Dan Fraud

Auditor resmi Xerox Corp, KPMG, menyatakan bahwa laporan audit atas Xerox Corp hingga tahun 2001 telah sesuai dengan standar yang berlaku dalam GAAP. Tetapi pada kenyataannya fraud yang terjadi melibatkan kesalahan yang disengaja atas pengalokasian pendapatan leasing, sesuatu yang sebelumnya belum terungkap dalam kasus fraud dengan Securities And Exchange Commision (SEC). Untuk perusahaan office equipment seperti Xerox Corp, perbedaan angka untuk lease equipment akan bernilai sangat besar karena memang berorientasi pada jenis peralatan seperti itu. Penyusunan ulang terhadapnya dapat berarti nilai penjualan yang dibukukan dalam satu tahun dapat berubah menjadi dibukukan pada tahun – tahun sesudahnya.

Tindakan Xerox Terhadap Fraud Dan Error

Dengan kejadian – kejadian ini, saham Xerox Corp jatuh sebanyak 28% hingga senilai $ 5,75 setelah sebelumnya hanya sedikit menurun, karena dengan ini kepercayaan publik dan investor terhadap Xerox Corp semakin berkurang. Xerox juga menukar long –term bond yang jatuh tempo pada tahun 2009 dengan hanya sekitar 70% dari value bond tersebut. Hal ini jelas sangat mempengaruhi pasar dan Tom Hougaard sebagai market strategist di financial bookmarkers City Index, meramalkan bahwa para investor Xerox Corp akan bereaksi keras atas kejadian tersebut, yang mungkin akan berpengaruh secara signifikan terhadap pasar saham. Efek terhadap investor akan dirasakan cukup besar, dan mereka akan bertanya – tanya mengenai kinerja perusahaan yang sebenarnya dan reliabilitas Xerox Corp.

Pada akhirnya Xerox Corp berhenti bekerjasama dengan auditor KPMG dan memecatnya untuk digantikan oleh akuntan Pricewaterhouse Coopers LLP. KPMG tidak berkomentar lebih jauh terhadap hal ini.

Berita mengenai fraud accounting Xerox Corp telah menjadi salah satu skandal audit terbesar di dunia. Xerox Corp yang beberapa tahun belakangan ini mulai bersusah payah karena tidak adanya permintaan pasar dan juga kerasnya persaingan di Benua Asia, dahulu merupakan perusahaan besar setelah sekitar akhir 1960-an menguasai pasarnya ketika memperkenalkan 914, mesin fotokopi xerografis pertama di dunia. Ketika itu Xerox Corp dapat disejajarkan dengan Microsoft dan produksi 914 menjadi produk industri dengan hasil penjualan terbesar di dunia sepanjang masa. Namun setelah itu Xerox Corp gagal melanjutkan penemuan barunya setelah penelitian Xerox Labs di Silicon Valley menemui kegagalan. Xerox Labs berhasil menciptakan mouse komputer, tetapi sama sekali tidak berguna karena kerangka kerja atas Personal Computer (PC) malah dieksploitasi oleh Microsoft, dan ciptaan lainnya yaitu laser printer, tidak dapat bersaing di pasaran.

Pada bulan May 1999, harga saham Xerox Corp di pasar saham benar – benar jatuh, dari nilai yang cukup besar pada point $ 64 hingga hanya menjadi $ 3,81 saja pada bulan Desember 2000. Namun belakangan Xerox Corp berhasil merestrukturisasi kembali perusahaan mereka dan telah melunasi hutang sebesar US$ 7 miliar, yang langsung mengangkat kembali nilai saham perusahaan sebesar 14,3% menjadi $8,97.

ENRON CASE

0 komentar

Enron Mega Scandal

Oleh: Harry Andrian Simbolon SE., M.Ak., QIA

Bangkrutnya Enron tidak lagi semata-mata dilihat sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat.

Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang tahun 2001 masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi amblasnya simpanan dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar karena manajemen Enron menanamkan dana tabungan karyawan itu untuk membeli sahamnya sendiri.

Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar, terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Tidak heran kalau banyak kalangan menyebut peristiwa ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika Serikat. Sedemikian hebohnya, sampai-sampai seluruh media bisnis dan ekonomi terkemuka menempatkannya sebagai cover story.

Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu, belakangan Manajemen Enron diketahui telah melakukan praktek window dressing, memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar kinerjanya tampak baik. Ia juga diketahui telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.

Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.

Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan “dipecatnya sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tidak kurang dari $32 miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak benar. Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan yang bertubi-tubi.

Komplikasi skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai Repubik maupun Partai Demokrat, pernah menerima dana politik. Dalam komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu.

Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.Bush merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaa publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para professional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan publik yang tak berdosa.

Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu, kata “wajar tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi itu.

Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas “suci” profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron, auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan publik-sang pemberi otoritas.

Mengingat begitu besarnya cakupan bisnis Enron bahkan dalam skala global, skandal Enron ini tidak dapat dikatakan tidak memberikan pengaruh untuk Indonesia. Banyak lembaga keuangan internasional yang ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron ini.

Di Amerika Serikat yang menerapkan standar transparansi sangat ketat sekalipun, banyak pihak masih kecolongan. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan pembeberan (disclosure) yang luar biasa ketat. Karena itu, bangkrutnya Enron yang diduga melakukan window dressing merupakan kasus yang mempermalukan banyak pihak; bukan saja otoritas pasar modal, tapi juga kaum professional, politisi, hingga presiden.

Kalaupun di Indonesia tidak terdengar kabarnya, itu lebih disebabkan karena kondisi negeri ini yang sedang mengalami banyak kekacauan. Skandal korupsi yang jauh lebih besar dan di depan mata tentu lebih menarik perhatian daripada peristiwa di Amerika sana. Faktor-faktor nonekonomi juga tampaknya jauh lebih besar bobotnya untuk dipertimbangkan oleh para investor global dalam berinvestasi di Indonesia.

Jadi, meskipun di negeri asalnya kebangkrutan Enron sangat mengguncang dunia bisnis dan ekonomi; di negeri kita boleh jadi memang tidak akan terasa benar dampaknya. Bukan apa-apa, kita memiliki banyak simpanan skandal berskala jauh lebih besar.

AKHIR KEJAYAAN AS

0 komentar
Belakangan ini negara superpower AS menghadapi tekanan ekonomi hebat. Belum selesai dgn skandal memalukan yg menimpa Enron Corporation negara itu kini dilanda skandal serupa. Korporat sekelas Xerox Corp Walt Disney dan WorldCom juga melakukan hal serupa. Xerox Corp diduga memanipulasi pembukuan. Meski belum dibuktikan secara hukum indikasi ini terlihat dari adanya gap revenue sebesar US$2 miliar pada periode 1997-2000. Xerox diduga telah melakukan kesalahan perhitungan akuntansi atas revenue sebesar US$6 miliar. Jumlah ini tidak sama dgn taksiran Securities and Exchange Commission seperti terbaca dalam settlement dgn korporat itu April lalu. Menurut SEC nilai revenue dari 1997-2000 diperkirakan hanya US$3 miliar . Akibat manipulasi tersebut pada 5 Juli 2002 Xerox didenda US$10 juta. Walt Disney Company juga mengalami hal serupa. WDC pada 28 Juni 2002 menyatakan pihaknya melaporkan data keuangan yg salah utk 2 tahun fiskal krn kesalahan matematis. Menurut Disney pendapatannya pada tahun fiskal 2001 adl US$613 juta atau US$29 cent per lembar saham. Sebelumnya dilaporkan nilainya US$358 juta atau US$17 cent per lembar saham . Bencana keuangan yg paling menghancurkan kepercayaan investor adl WorldCom Inc. Skandal manipulasi pembukuan WorldCom ternyata merupakan kasus penipuan terbesar sekaligus kepailitan terdahsyat dalam sejarah ekonomi AS. Pada 25 Juni 2002 WorldCom mengumumkan ditemukannya lbh dari US$38 miliar kesalahan akuntansi yg menyebabkan WorldCom melanggar beberapa perjanjian utang. Akibat kabar itu yg sehari kemudian disusul dgn pengaduan SEC atas tuduhan penipuan kemungkinan akan mengakhiri korporat telekomunikasi bermasalah tersebut keluar dari spiral keuangan yg mematikan . Terakhir ekonomi AS kembali terguncang oleh skandal akuntansi senilai US$124 miliar yg dilakukan oleh korporat farmasi Merck yg dibukukan sebagai pendapatan anak korporat dalam tiga tahun terakhir tapi ternyata tidak pernah benar-benar terkumpul. Akibat berbagai skandal pembukuan tersebut bursa Wall Street mengalami tekanan indeks dan para investor mengalami kerugian luar biasa. Indeks Dow Jones turun 3105 poin atau 034% menjadi 9.348 . Padahal pada 5 Juli 2002 Dow Jones memecahkan rekor pencapaian indeks sejak 24 September 2001 setelah terjadinya aksi terorisme di AS. Indeks Nasdaq juga jatuh sebanyak 1292 poin atau 089% menjadi 1.43544. Indeks S&P 500 turun 253 poin atau 026% menjadi 9865 poin. Saham Merck sendiri yg merupakan salah satu saham teraktif di bursa New York turun US$186 atau 38% menjadi US$47. Meskipun masih perlu terus diikuiti perkembangannya skandal demi skandal yg terjadi di AS ini semakin membuktikan kebenaran berbagai analisis penulis sebelum ini bahwa kejayaan ekonomi AS tampaknya akan segera berakhir . Memang selama lbh dari 20 tahun ini AS selalu berhasil mengatasi berbagai masalah perekonomian dan keuangan berat. Diawali dgn inflasi tak terkendali pada awal 1980-an yg berhasil diatasi jauh lbh cepat dari perkiraan ekonom. Termasuk di dalamnya krisis simpan pinjam ancaman dari pesaing asing pada 1980-an anjloknya bursa saham 1987 krisis keuangan Asia 1997 dan kegagalan Long Term Capital Management pada 1998 dan terakhir resesi akibat serangan ‘911′. Salah satu kunci keberhasilan AS keluar dari masalah-masalah sulit tersebut adl adanya kesediaan dari semua pihak utk mengakui bahwa memang ada masalah serius. Kemudian pengakuan tersebut diikuti berbagai langkah utk melakukan perubahan. Krisis saat ini juga mengikuti pola yg sama. Meski terlambat para regulator politisi dan eksekutif korporat akhirnya sadar bahwa memang ada masalah serius yg harus segera diatasi. Akibat maraknya praktek manipulasi pembukuan itu Presiden George W Bush kemudian memerintahkan SEC utk memaksa para eksekutif korporat utk melakukan revisi ulang terhadap pembukuan selama 5 tahun berturut-turut dimulai tahun 2001 ke belakang. Bush juga mendesak Kongres segera mengesahkan proposal Gedung Putih yg berisi 10 butir poin legislasi yg menyangkut perbaikan pertanggungjawaban korporat. Dia meminta pihak otoritas terkait menyeret para eksekutif korporat nakal ke meja hijau utk dikenai hukuman kurungan badan dan dilarang menduduki jabatan puncak di tiap korporat. Pertanyaannya cukupkah berbagai langkah ”penyelamatan” pemerintah AS kali ini bisa mengulang kesuksesan sebelumnya? Tampaknya akan sangat sulit bagi AS utk bisa mengulang sejarah kesuksesannya dalam mengatasi masalah berat ekonominya. Terdapat beberapa kondisi yg menyebabkan krisis AS kali ini sungguh berbeda dgn sebelumnya. Pertama kini tingkat kepercayaan investor terhadap korporat di AS sudah sangat rendah. Jajak pendapat Bloomberg News awal Juli ini menemukan bahwa 69% masyarakat AS percaya bahwa korporat-korporat AS melakukan kebohongan dalam dokumen keuangan. Angka ini lbh buruk jika dibandingkan dgn survei Maret lalu yg menemukan angka 51%. Sementara itu jajak pendapat Gallup Poll Juni lalu menunjukkan bahwa tingkat prosentase kepercayaan publik terhadap sektor korporat AS hanya sekitar 20% - angka terendah sejak 1981. Faktanya akibat berbagai skandal memalukan itu para fund manager segera bereaksi dgn menarik dana dari saham kemudian dialihkan ke dalam instrumen surat utang pemerintah AS khususnya US Treasury yg sementara dianggap aman. Namun kekhawatiran adanya ”ledakan-ledakan” susulan yg bakal terjadi di AS membuat para fund manager beranggapan bahwa AS ternyata mulai ”tidak aman”. Tingkat yield investasi di US Treasury Bond dinilai sangat rendah. Mereka mulai melirik Euro serta mata uang Eropa lainnya sebagai kondisi normal yg bisa disebut ”flight to quality”. Para fund manager tidak melihat lagi daya tarik investasi pada US$ bahkan dianggap berisiko tinggi. Belum lagi masalah defisit neraca berjalan AS yg terus membengkak akibat melonjaknya anggaran militer pemerintah. Belanja militer utk kegiatan antiterorisme naik US$95 miliar. Prospek utk US$ tidak lagi begitu menarik ketimbang Euro dan lainnya. Pialang kondang George Soros memprediksikan nilai US$ akan anjlok hingga sepertiga . Antisipasi hengkangnya investor dari AS membuat Euro dan negara Eropa lainnya menjadi negara tujuan investasi langsung dan tidak langsung. Bahkan beberapa bank sentral negara yg tidak senang dgn kebijakan politik dan ekonomi AS seperti negara-negara Arab akan cenderung melakukan konversi US$ menjadi Euro. Kedua skandal memalukan itu telah menyebabkan nilai US$ terlihat kurus dan lemah. Pada 26 Juni lalu US$ menyentuh US$983 sen per Euro tingkat terendah atas mata uang itu sejak Februari 2000. Kemudian nilai beli US$ terhadap yen Jepang juga hanya 120 yen kurs terkecil sejak September 2001. Sejak 1 April 2002 saat dimulainya periode tergelincirnya nilai US$ US$ telah kehilangan lbh dari 11% nilainya atas mata uang utama dunia . Apa implikasi penurunan nilai US$ secara terus menerus ini? Beberapa ekonom terkemuka dan analis pasar mengatakan jika tren penurunan nilai US$ berlanjut maka ini berarti masalah besar bagi perekonomian. Inflasi akan melonjak perekonomian asing yg dikendalikan ekspor akan menderita dan tak banyak yg bisa dilakukan oleh Bank Sentral . Usaha The Fed utk menghentikan penurunan US$ dgn menaikkan tingkat suku bunga akan merugikan sektor riil yg justru membutuhkan stimulus moneter berupa rendahnya cost of money. Memang penurunan US$ saat ini masih relatif teratur. Namun tren terjadinya bencana ’susulan’ atas nilai US$ tampaknya tak bisa dielakkan. Mengapa? Pertama dua prasyarat keruntuhan US$ sudah terlihat defisit perdagangan yg besar dan krisis kepercayaan investor. Per April 2002 defisit perdagangan AS naik menjadi US$359 miliar setelah mencatat rata-rata US$316 miliar per bulan selama kuartal I 2002. Meningkatnya defisit perdagangan itu diperkirakan akan mengurangi 1% atau lbh pertumbuhan PDB kuartal II. Kedua AS juga memiliki problem jangka panjang berupa berkurangnya modal asing sehingga membatasi ekspansi perekonomian AS. Jika pada 1995-2001 pembelian saham dan obligasi korporat oleh investor asing naik hampir 10 kali lipat dan investasi langsung modal asing naik 6 kali lipat maka tahun lalu pembelian saham dan obligasi korporat oleh investor asing turun 24% dan investasi langsung modal asing turun 63% . Erosi kepercayaan terhadap korporat AS tampaknya tidak akan berhenti setelah kasus terakhir Merck terungkap. Ini mengingat prediksi paling mutakhir kasus-kasus serupa tampaknya akan semakin banyak yg terungkap. Mengapa demikian? Sesungguhnya sinyalemen praktek kotor ini sudah diketahui sejak lama. Setidaknya ini terbaca dari hasil investigasi Business Week yg dipublikasikan pada 14 Mei 2001 yg bertajuk The Number Game. Investigasi associate editor Business Week David Henry terhadap lusinan laporan keuangan dari berbagai korporat di AS itu menyebutkan setidaknya terdapat 34 korporat AS yg melakukan trik pembukuan utk mendongkrak revenue korporat serta menyesatkan para investor. Investigasi David Henry ini tentu tidak asal-asalan. Jika kemudian berkat investigasinya itu ia dianugrahi Gerald Loeb Award utk jurnalisme di bidang bisnis dan keuangan maka dapat diperkirakan laporan Business Week itu cukup tepercaya. Itu artinya jika sekarang baru terungkap sekitar 10 kasus manipulasi pembukuan maka masih ada puluhan lagi skandal korporat AS yg belum terungkap. Ketiga selain menghadapi badai ekonomi yg demikian sulit AS juga dihadapkan dgn ketakutan yg dibuatnya sendiri. Kini ancaman terorisme terus menghantui pemerintah AS. Dengan situasi seperti ini maka konsentrasi Presiden Bush akan terpecah. Belum lagi di dalam negeri sendiri Bush juga harus menghadapi lawan politiknya dari Partai Demokrat yg tentunya akan memanfaatkan momentum berbagai skandal ini sebagai amunisi politiknya utk menjatuhkan citra Bush. Dalam situasi yg serba sulit ini maka jelas AS kini mengalami fase-fase yg mencemaskan. Sulit diprediksikan AS akan bisa keluar dari kemelut ini. Kalau pun bisa maka itu membutuhkan waktu yg cukup lama krn proses reformasi keuangan di sektor korporat yg kini tengah dilakukan membutuhkan waktu dan proses yg lama.


Oleh Sunarsip Director of Center for Indonesian Reform Staf Pengajar STAN Depkeu RI Sumber Republika

Belajar dari Skandal Akuntansi Amerika Gagalnya Kontrol dan Hilangnya ”Trust” Oleh: A Sonny Keraf

0 komentar
SKANDAL akuntansi yang menimpa perusahaan-perusahaan besar Amerika seperti Enron, WorldCom, Xerox, dan Merck, memperlihatkan dengan sangat jelas betapa lemahnya kontrol oleh lembaga berwenang.

Ditarik secara lebih luas, sebenarnya itu terjadi tidak hanya di sektor swasta, tetapi juga di sektor publik-pemerintah. Demikian pula, skandal serupa tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di Indonesia dalam kasus bangkrutnya beberapa bank nasional beberapa waktu lalu.

Akuntan publik, penegak hukum, dan lembaga legislatif adalah lembaga-lembaga yang semula diyakini berperan sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik di bidang terkait. Mereka adalah lembaga-lembaga yang independen dengan komitmen utama melindungi kepentingan publik (keuangan yang sehat, keadilan, dan pelayanan publik yang baik oleh birokrasi pemerintah). Tetapi, skandal-skandal akuntansi di Amerika maupun skandal bisnis dan politik di Tanah Air memperlihatkan bahwa peran itu tidak lagi berfungsi dengan baik.

Skandal-skandal itu memperlihatkan bahwa kontrol oleh lembaga berwenang yang diandaikan dan seharusnya netral, independen, dan punya integritas, telah berubah menjadi urusan transaksi dagang atau ”bisnis” di antara yang mengontrol dan yang dikontrol.

Pergeseran ini menyebabkan persoalan utama yang ingin dicapai dengan adanya kontrol oleh pihak ketiga yang independen, yaitu kepentingan publik dalam bidang terkait, menjadi tenggelam dan bukan lagi menjadi target utama. Yang menjadi target utama adalah kepentingan bisnis dari perusahaan yang dikontrol dan imbalan yang diperoleh lembaga kontrol untuk melakukan manipulasi dengan malah mengorbankan kepentingan publik yang seharusnya dilindungi oleh lembaga kontrol itu.

Dengan kata lain, kontrol yang secara sosiologis merupakan sebuah tuntutan moral, sosial, dan politik dari kepemerintahan modern yang baik, telah beralih fungsi menjadi lahan bisnis baru untuk tawar-menawar saling peras di antara yang mengontrol dan yang dikontrol.

Dalam kerangka etika profesi itu berarti, peran dan fungsi profesi pengontrol (akuntan publik, lembaga legislatif, dan penegak hukum) untuk menjaga dan menjamin kepentingan publik agar tidak dirugikan oleh pihak tertentu (bisnis maupun pemerintah) telah direduksi menjadi sekadar urusan transaksi dagang untuk saling menguntungkan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat.

Yang menarik, berfungsinya lembaga kontrol dengan baik, entah itu lembaga kontrol di bidang keuangan maupun lembaga kontrol di bidang hukum dan politik, berkorelasi langsung dengan tingkat trust dalam sebuah masyarakat. Semakin baik kontrol dilaksanakan, semakin tinggi trust terhadap lembaga-lembaga publik, baik di sektor swasta maupun pemerintah serta antara berbagai pihak dalam interaksi sosial.

Dalam kasus Amerika, pertanyaan yang segera mengemuka setelah skandal beruntun tersebut adalah masihkah Amerika dikategorikan sebagai salah satu high trust society sebagaimana diyakini Francis Fukuyama?

Antara etika dan hukum

Menghadapi skandal-skandal akuntansi yang sangat memalukan tersebut di atas, Presiden Bush keluar dengan solusi klasik: memperketat dan meninggikan standar moral pelaku bisnis, khususnya profesi akuntansi. Tetapi, Bush sadar bahwa imbauan moral saja untuk mempertinggi standar moral atau ”memiliki etika bisnis baru” (Kompas, 10/7/02) tidak memadai. Bush tahu betul bahwa standar moral harus diperkuat, didukung, dan dikontrol oleh penegakan hukum yang lebih ketat dengan hukuman yang lebih berat. Dan, hanya melalui itu trust publik bisa dipertahankan.

Di balik sikap Bush itu ada sebuah keyakinan dan asumsi yang sangat kuat bahwa penegakan hukum di Amerika Serikat masih punya kredibilitas dan diandalkan. Dan, itu terbukti dari kasus Enron.

Pada kasus itu terlihat sangat jelas tidak hanya independensi lembaga peradilan. Di situ juga terlihat jelas adanya komitmen dan keberanian moral para juri yang hanya atas dasar sebuah salinan e-mail mendakwa Arthur Andersen telah bersalah dalam kasus tersebut.

Dengan kata lain, Bush percaya bahwa etika dan moral pada para pelaku bisnis saja tidak memadai. Etika dan moral pelaku bisnis (dan tentu saja pejabat pemerintah) harus diimbangi, diperkuat, dan dikontrol oleh penegakan hukum yang fair dan tegas.

Akan tetapi, di sini pun penegakan hukum hanya mungkin bisa berjalan kalau pada tempat pertama para hakim, jaksa, pengacara, dan polisi mempunyai integritas moral yang tinggi.

Maka pertanyaan mengenai apakah Amerika masih termasuk dalam high trust society atau tidak, masih sangat tergantung pada bagaimana pemerintah dan dunia bisnis Amerika berhasil meyakinkan masyarakat Amerika bahwa lembaga bisnis Amerika masih bisa dipercaya.

Itu pertama-tama tergantung pada sejauh mana sektor bisnis Amerika menanggapi secara positif ajakan Presiden Bush untuk meningkatkan etika bisnisnya. Artinya, sejauh mana dunia bisnis Amerika dalam beberapa waktu dekat ini memberi bukti nyata dengan perubahan-perubahan perilaku secara mendasar, dalam kaitan dengan perilaku moralnya dalam bisnis.

Kedua, sangat tergantung pula pada akhirnya sejauh mana lembaga peradilan Amerika mampu memberi bukti nyata bahwa proses hukum akan melibas siapa pun yang terbukti bersalah, apa pun koneksi politiknya. Jadi, pulih tidaknya kepercayaan publik Amerika sangat tergantung pada integritas moral penegak hukum sebagai lembaga kontrol atas kepentingan publik Amerika. Dan, itu harus ditunjukkan dengan bukti nyata dihukumnya para pelaku manipulasi dan penipuan laporan keuangan.

Bergemingnya perdagangan saham di Amerika setelah pidato Bush menunjukkan bahwa publik Amerika masih menunggu bukti nyata, baik dari dunia bisnis dalam merespons ajakan Bush, maupun dari penegak hukum dalam memproses dan menindak para pelaku dan dengan cara itu mengembalikan kepercayaan publik Amerika.

Dengan kata lain, kepercayaan masyarakat Amerika terhadap lembaga bisnisnya, hanya akan dipertahankan dan dipulihkan—dan tidak menjadi melorot atau hilang oleh skandal-skandal akuntansi sekarang ini—kalau lembaga kontrol, khususnya peradilan, bisa tetap mengukuhkan integritasnya dalam melakukan kontrol publik demi mengamankan dan menjamin kepentingan publik, baik di bidang bisnis maupun pelayanan publik oleh pemerintah.

Publik Indonesia

Hal yang sama juga berlalu untuk publik kita di Indonesia. Kepercayaan publik Indonesia terhadap sektor swasta dan pemerintah hanya bisa ditingkatkan (kalau masih ada kepercayaan itu) kalau ada bukti nyata akan adanya perbaikan, khususnya di bidang kontrol.

Pertama, kepercayaan masyarakat kita hanya bisa meningkat kalau bisnis kita benar-benar dijalankan secara profesional dan etis. Yang berarti, tidak saja para pelaku bisnis—sebagaimana diimbau Presiden Bush—semakin meningkatkan standar moral dalam bisnisnya.

Yang juga sangat penting adalah kontrol yang ketat dan jujur atas kinerja bisnis, termasuk oleh lembaga keuangan seperti akuntan publik dengan integritas moral yang tinggi dan teruji secara nyata.

Kedua, kepercayaan masyarakat juga akan terbangun kalau lembaga kontrol kita di bidang penegakan hukum berhenti berputar-putar dan bersandiwara mengusut berbagai perkara, khususnya perkara korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), untuk berani memutuskan perkara-perkara yang ada, bahkan mungkin hanya dengan bukti secuil salinan e-mail sebagaimana dalam kasus Enron.

Dalam dunia hukum memang ada adagium yang menyatakan ”lebih baik membebaskan orang bersalah daripada menghukum orang tidak bersalah”. Maka dapat dimengerti kalau hakim harus hati-hati sekali menangani perkara, agar jangan sampai orang tak bersalah dijatuhi hukuman. Tetapi, itu tidak berarti bahwa hukum lalu tidak benar-benar ditegakkan, dan para penegak hukum hanya menghabiskan uang negara untuk berputar-putar tanpa kejelasan. Apalagi dengan dalih adagium tersebut, lalu terjadi KKN untuk membebaskan orang yang jelas-jelas bersalah.

Ketiga, bersamaan dengan itu, lembaga legislatif sebagai lembaga kontrol politik yang konstitusional mewakili rakyat menjalankan fungsinya secara murni dan konsekuen demi melindungi kepentingan publik, dan bukan terkerat dalam transaksi dan politik dagang sapi yang merugikan kepentingan publik dan semakin menghancurkan kepercayaan publik terhadap mereka.

Jika tidak ada pembenahan yang serius dengan komitmen politik yang jelas sebagaimana disuarakan oleh Presiden Bush, bukan hanya kepercayaan rakyat kepada sektor bisnis dan pemerintah semakin hancur. Lebih dari itu, bisnis kita pun akan semakin hancur, dan politik kita pun semakin hancur.

Pada titik itu, yang kita sangat khawatirkan adalah akan terjadi pembangkangan sipil, oleh rakyat yang sudah lelah dan kehilangan trust sama sekali, entah dalam bentuk yang anarkis ataupun bentuk yang sangat santun seperti boikot pemilu, boikot membayar pajak, ataupun boikot-boikot lainnya.

Skandal-skandal akuntansi Amerika yang kini sedang terjadi memang luar biasa besar dan mengejutkan. Tetapi, sangat mungkin publik dan Pemerintah Amerika dengan gesit belajar dari skandal-skandal yang sangat merugikan dan memalukan itu. Mereka lalu bangkit menjadi semakin kuat di bidang bisnis dan politik. (Jangan-jangan juga skandal-skandal itu sengaja dibuka dan diledakkan habis-habisan untuk dipakai sebagai alat membangkitkan bisnis dan ekonomi Amerika). Sementara itu, kita—yang juga telah kenyang dengan berbagai skandal bisnis dan politik—semakin tenggelam dan hancur karena tidak pernah mau belajar dari skandal-skandal itu.

A Sonny Keraf Staf pengajar Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta

Keterangan Artikel
Sumber : Kompas
Tanggal: 31 Jul 02

Sumber:
http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=312&coid=1&caid=34